Kultum | Makna Takwa | Masjid Syaamil

Takwa adalah menjalankan segala yang diperintahkan dan meninggalkan segala yang dilarang. Yang menarik dari firman Allah Swt. yang menjelaskan tentang puasa, meski pada ayat 183 ada variable agar kalian bertakwa, tetapi pada ayat 185 variabelnya berbeda yaitu agar kalian bersyukur. Ulama tafsir menjelaskan bahwa kepribadian bersyukur ini adalah bentuk implementasi takwa kita kepada Allah Swt. Hal yang harus selalu dipupuk adalah rasa syukur dalam semua kondisi, tidak hanya saat mendapatkan kenikmatan tetapi juga ketika sedang ditimpa kesusahan.

Umar bin Khattab ketika ditanya oleh para sahabat, selalu menjawab, “Alhamdulillahi ‘ala kulli hal.” Beliau selalu bersyukur dalam kondisi apa pun, baik saat bahagia maupun saat bersedih. Oleh karena itu meski sekarang kita menjalani bulan Ramadhan dalam kondisi pandemi, maka tetaplah bersyukur atas nikmat yang telah diterima. Allah Swt. akan menguji manusia baik dalam kebaikan maupun dalam keburukan. Jadi kelapangan dan kesempitan adalah ujian. Di sinilah kita harus mampu mengimplementasikan rasa syukur kepada Allah dalam keadaan apapun.

Salah satu bentuk implementasi dari rasa syukur adalah terima kasih. Bukan hanya berterima kasih kepada Allah Swt., tetapi juga berterima kasih kepada sesama manusia. Rasulullah saw. berkata, “Orang yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia maka ia tidak akan pandai berterima kasih kepada Allah Swt.” Banyak orang yang berjasa kepada kita, khususnya kedua orangtua. Maka berterima kasihlah kepada keduanya dengan rasa hormat yang amat tinggi.

Allah Swt. menyebut variabel lain dalam ayat 186, yaitu istiqamah. Jadi langkah agar menjadi orang yang bertakwa terdiri dari dua cara, pertama bersyukur dan yang kedua beristiqamah. Di bulan Ramadhan ada banyak peluang amal soleh yang bisa dilakukan. Oleh karena itulah umat Muslim harus mampu merawat amalan-amalan yang sudah dilakukannya selama bulan Ramadhan agar tetap dilakukan juga di bulan-bulan lainnya. Jika selama Ramadhan bisa bertilawah 1 juz 1 hari, baiknya juga bisa dilakukan hal yang sama pada bulan lainnya.

Baca juga :

Mengenal Watak dan Bahasa Kasih Pasangan

Pada malam Ramadhan, juga diperintahkan agar bagi yang sudah berpasangan untuk saling membersamai karena masing-masing adalah pakaian. Meski halal, jika dilakukan pada siang hari maka hukumnya adalah dosa besar. Oleh karena itu disarankan dan diperintahkan agar bisa dilakukan pada malam hari. Sebagai penutup, pada ayat 187 kembali dijelaskan agar umat Muslim menjadi orang yang bertakwa. Jika pada ayat 183 kata ‘takwa’ di sana dimensinya pribadi maka pada ayat 187 maka kata ‘takwa’-nya berdimensi sosial.

Kesimpulannya bahwa takwa itu tidak terjadi pada ranah pribadi saja tetapi juga bisa mengajak orang lain untuk bertakwa. Maknanya bahwa puasa Ramadhan harus bisa mengubah diri pribadi kita menjadi orang yang bertakwa, sekaligus juga bisa mengajak orang lain untuk menjadi orang yang bertakwa. Menjadi pribadi yang baik itu bagus, tetapi bisa mengajak orang lain untuk menjadi baik tentu lebih bagus lagi. Bismillah, semoga kita semua bisa menjadi orang yang bertakwa, bersyukur, dan beristiqamah.[]

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x