Ada lima langkah yang bisa dilakukan agar ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadan menjadi lebih optimal. Empat diantaranya pernah dibahas dalam artikel Lima Tips Mendesain Ramadan yang disampaikan oleh orang yang sama, yaitu Ustadz Ardiansyah Ashri Husein.
Memperbarui Niat
Setiap ibadah sudah tentu harus diawali dengan niat, begitu pula dengan puasa Ramadan. Begitu pentingnya niat berpuasa ini sampai beberapa ulama mewanti-wanti agar jangan sampai terlewat. Setiap hari sepanjang Ramadan, niatnya harus terus diperbarui. Niat ini begitu penting agar ibadah menjadi optimal. Para ulama sepakat bahwa niat berpuasa secepat-cepatnya adalah setelah maghrib, dan selambat-lambatnya sebelum fajar.
“Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari maka tak ada puasa baginya”. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Bagi yang sengaja tidak berniat, para ulama memberlakukan tiga konsekuensi, yaitu (1) berdosa, (2) pada hari itu dianggap tidak berpuasa dan wajib menggantinya di luar Ramadan, serta (3) meski tidak dianggap berpuasa, ia wajib berpuasa pada hari tersebut.
Lalu bagaimana bagi yang tidak sengaja atau lupa karena kesiangan? Imam Abu Hanifah mengatakan tetap diperbolehkan melanjutkan berpuasa dan tidak perlu menggantinya di luar Ramadan. Sedangkan Imam Syafi’i lebih tegas, yaitu tetap wajib berpuasa dan ia harus menggantinya di luar Ramadan. Cara berniat, cukup di dalam hati. Melafalkan niat itu baik dan dianjurkan dalam rangka menguatkan hati. Niat boleh dilafalkan dalam bahasa Indonesia.
Melakukan Perencanaan
Dalam beribadah, alangkah baiknya jika direncanakan. Harus ada strategi, baik itu dalam mengerjakan ibadah wajib maupun ibadah sunnah. Misalnya saja shalat wajib, strateginya adalah bisa shalat tepat waktu, berjamaah di masjid, dan lengkap dengan Rawatibnya. Shalat Tarawih juga bisa diagendakan karena ini adalah salah satu ibadah yang sangat dianjurkan, lebih besar pahalanya daripada membaca Al-Quran.
Baca juga :
Mushaf Syaamil Quran Terbukti Halal
Akan tetapi yang perlu digarisbawahi adalah jangan sampai wajibnya tertinggal tetapi yang sunnah malah dikejar-kejar. Jangan sampai seseorang berpuasa tetapi tidak shalat wajib. Jangan sampai seseorang berpuasa tetapi tidak menutup aurat. Jangan sampai seseorang mengejar-ngejar shalat Tarawih tetapi shalat Rawatibnya keteteran. Perlu diketahui bahwa pahala shalat Rawatib itu lebih besar daripada shalat Tarawih.
Shalat Rawatib yang utama ada 12 rakaat, yaitu 2 rakaat sebelum Subuh, 4 rakaat sebelum Zuhur, 2 rakaat sesudah Zuhur, 2 rakaat sesudah Maghrib, dan 2 rakaat sesudah Isya. Khusus untuk Rawatib Zuhur memang ada 3 pola yang bisa dipilih, yaitu 4-2, 4-4, dan 2-2. Sedangkan 2 rakaat sebelum Ashar, 2 rakaat sebelum Maghrib, dan 2 rakaat sebelum Isya adalah Rawatib Ghairu Mu’akadah atau yang tidak ditekankan.
Konsisten, Evaluasi, dan Mu’aqabah
Perhatikan pula akan target lainnya seperti tilawah dan infaq. Membaca Al-Quran begitu diutamakan di bulan Ramadan karena di bulan inilah Al-Quran pertama kali diturunkan. Infaq atau sedekah juga penting karena pahalanya akan dilipatgandakan dan hubungan silaturahmi pun terjaga. Kedua ibadah tersebut harus direncanakan dengan sebaik-baiknya.
Langkah ketiga adalah konsisten, artinya setiap ibadah yang sudah dilakukan ada baiknya dilaksanakan secara terus-menerus. Jadi, tidak berhenti di bulan Ramadan saja, di luar bulan Ramadan juga tetap harus dilaksanakan. Langkah keempat adalah evaluasi. Sudah sejauh mana ibadah yang telah dilakukan dan ibadah mana saja yang masih bolong-bolong. Ada baiknya memang membuat jadwal checklist untuk mempermudah evaluasi.
Langkah kelima adalah Mu’aqabah, yaitu memberi sangsi atau hukuman. Misal ternyata di ujung Ramadhan ada target yang tidak tercapai, maka bisa dengan menggantinya sesegera mungkin. Jadi kekurangannya harus segera dipenuhi agar tidak ada hutang. Bukan hanya fardhu, yang sunnah pun boleh di-qadha. Rasulullah saw. bahkan pernah meng-qadha shalat Qabliyah Subuh karena kesiangan.[]