Menjelang siang, di salah satu sudut PT. Sygma Exa Grafika (SEG), seorang Reporter TV mencoba mengerjakan pemasangan sheetblade atau siblat. Ia diajarkan oleh salah seorang karyawati bagaimana cara mengelem ujung siblat yang benar. Setelah itu bagaimana memasangnya pada permukaan Al-Quran dan memastikan agar tidak terbalik. Syifa, nama karyawati tersebut, tampak begitu cekatan dan terampil.
PT. SEG adalah perusahaan percetakan yang khusus mencetak Syaamil Quran, sejak Agustus 2010. Satu-satunya di Bandung dan bahkan di Indonesia. Begitu khususnya, baik pemilihan bahan baku maupun adab-adab pengerjaannya pun haruslah istimewa. Bahan baku kertas yang digunakan adalah jenis QPP (Quran Premium Paper) yang sudah bersertifikasi halal dari MUI.
Kertas QPP ini memiliki spesifikasi High Smoothness (tingkat kehalusan sangat tinggi), High Opacity (tidak berbayang meski dicetak bolak-balik), High Average (pori-pori kertas menyebar secara merata yang menjadikan setiap titik dan huruf Al-Quran dapat tercetak maksimal di setiap bagiannya). Meski halus, kertas ini bisa dicetak 15.000 lembar per jam, dan mampu bertahan hingga 100 tahun.
Masya Allah ya. Bahan-bahan baku lainnya yang menjadi perhatian adalah lem dan kuas. Kedua bahan ini pada umumnya menggunakan tulang hewan, salah satunya tulang babi. PT. SEG yang masih berada di bawah Syaamil Group memilih lem dan kuas yang berasal dari bahan tulang sapi. Dan itulah yang membuat Syifa merasa nyaman saat bekerja setiap hari memasang siblat.
Sedangkan yang berkenaan dengan adab, Syaamil Group juga mengharuskan karyawan/karyawati yang bekerja di bagian percetakan agar benar-benar dalam keadaan suci. Mereka diminta untuk berwudhu terlebih dahulu. Selama proses, bahan-bahan mushaf Al-Quran yang belum jadi sekalipun tidak boleh diletakkan di lantai. Lalu bagaimana rasanya bekerja di lingkungan yang seperti itu?
Syifa, yang bernama lengkap Annur Yaa Syifa, menceritakan pengalamannya bekerja selama 3 (tiga) tahun di Syaamil Group. Waktu pertama kali bekerja pada 2018, ia merasa kaget karena harus mengangkat-angkat mushaf Al-Quran yang belum jadi untuk diberi siblat. Tumpukan mushaf ini lumayan berat, lho. Apalagi pada saat itu posisinya begitu jauh dari tempatnya mengelem.
Belum lagi saat mengambil tumpukan mushaf, tangannya beberapa kali tergores oleh sisi kertas yang tajam. Belum lagi kalau hujan, atap pabrik masih ada yang bocor, sehingga mau tak mau ia harus bergegas memindahkan bahan-bahan mushaf ke tempat yang aman. Tak heran kalau pulang kerja, dirinya sering menangis dan akhirnya diketahui oleh sang mama.
Lebih Baik Biaya Sendiri Daripada Meminta
Mama menguatkannya dengan penuh kesabaran. “Gak papa kalau kamu mau berhenti, tapi ingat … ini kan pilihan kamu sendiri,” katanya. Syifa langsung memeluk mamanya. Ia pun bercerita tentang seorang kawan yang omongannya tidak bisa dijaga. Mama pun menjelaskan, “Kalau orang-orang di pabrik tuh kadang ngomongnya suka seenaknya. Gak apa-apa, namanya juga di pabrik. Selama gak ngerugiin ya biarin aja.”
Hingga akhirnya ia butuh waktu satu tahun untuk bisa beradaptasi dan merasa nyaman bekerja di pabrik. Syifa sendiri adalah tipe orang yang tertutup, tidak gampang untuk akrab. Ia bertahan karena tidak ingin menyusahkan kedua orangtuanya. Malu kalau masih dikasih uang sama orang tua. Ia sudah terbiasa memakai biaya sendiri.
Meski awalnya hanya untuk mengisi waktu karena gagal masuk kuliah di kampus negeri, Syifa akhirnya merasa nyaman bekerja di Syaamil Group. Tiga tahun terlewati dan sejak dua tahun lalu, ia pun masih bekerja sambil kuliah malam di STIE Pasundan. Pabrik pun kini sudah tidak bocor lagi dan penempatan bahan-bahan mushaf Al-Qurannya sudah lebih rapi, serta letaknya tidak terlalu jauh.
Baca juga :
Rahasia Riza Zacharias Mencari Talent
Alhamdulillah Syaamil Group adalah perusahaan yang menomorsatukan ibadah. Syifa bercerita bahwa ada temannya yang bekerja di tempat lain dan kalau mau shalat begitu dibatasi. Berbeda dengan Syaamil Group yang menyediakan waktu untuk shalat wajib tepat waktu. Bahkan sebelum bekerja di pagi hari, disediakan waktu juga untuk shalat Dhuha dan tilawah.
Lingkungan pertemanannya juga istimewa. Kawan-kawannya ada yang begitu baik, pinter ngaji, dan paham soal keislaman. Ia pun jadi kebawa baik. Program tausyiah selepas Zuhur atau Kajian Islam Intensif (KII) setiap Jumat pagi juga menjadi pengingat dirinya. Absen elektronik yang harus mengisi jadwal shalat Dhuha dan tilawah pun mengingatkan Syifa untuk melaksanakannya secara konsisten.
Ia pun berharap semoga Syaamil Group bisa lebih baik lagi. Absen shalat Dhuha atau tilawah itu adalah dua hal yang sangat membantunya beribadah lebih baik lagi. Ia berharap ke depannya ada pengingat-pengingat lainnya. Salah satu peraturannya juga memudahkan dirinya sebagai seorang perempuan untuk bekerja tidak lebih dari pukul 15:00. Delapan jam sudah cukup baginya untuk bekerja.[]
Assalamualaikum, mohon di koreksi sepertinya ada salah penulisan, yang seharusnya tulang sapi tapi tertulis tulang babi ……..” Masya Allah ya. Bahan-bahan baku lainnya yang menjadi perhatian adalah lem dan kuas. Kedua bahan ini pada umumnya menggunakan tulang hewan, salah satunya tulang babi. PT. SEG yang masih berada di bawah Syaamil Group memilih lem dan kuas yang berasal dari bahan tulang sapi. Dan itulah yang membuat Syifa merasa nyaman saat bekerja setiap hari memasang siblat.” Mohon maaf admin kalau saya yang salah.