“Kenapa saya memilih untuk berkunjung ke Syaamil Quran? Ini karena saya membaca di salah satu produknya, Al-Qur’an sebagai imam, Al-Qur’an sebagai petunjuk bagaimana bisnis ini mengikuti Al-Qur’an. Insya Allah kalau hidup (termasuk bisnis) kita menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk maka dijamin tidak akan nyungsep lagi, tidak akan masuk parit lagi. Semoga kita semua, nantinya bisa bereuni kembali di dalam surga-Nya.”
Pada hari Rabu, 3 November 2021, Syaamil Quran yang diwakili oleh Riza Zacharias (Owner dan Chairman Syaamil Group) dan Benny T. Djajadi (Corporate Secretary Syaamil Group) menyambut baik kedatangan Kusnadi Ikhwani bersama Tim Ayam Pakuan Sragen. Tentu hal ini menjadi ajang silaturahmi yang begitu istimewa karena Kusnadi tidak hanya dikenal sebagai owner Ayam Pakuan (Geprek Group) yang sukses, tetapi juga sebagai takmir Masjid Al-Falah Sragen yang berhasil.
Siapa beliau? Jamil Azzaini, Founder Akademi Trainer dan Tahfizh Leadership, mengatakan bahwa Kusnadi memulai usahanya dengan modal Rp 5 juta pada tahun 2010 dan setelah tiga tahun memiliki 7 cabang. Apa rahasia keberhasilannya? Pertama, selalu melibatkan doa anak yatim. Setiap dua pekan sekali, mereka mengundang 30-50 anak yatim untuk makan kemudian berdoa bersama di resto ayam itu. Mereka menggilir anak yatim yang hadir dari kecamatan yang berbeda. Mereka juga mendoakan usaha-usaha yang ada di sekitar resto.
Kedua, mereka selalu up-grade SDM. Secara berkala, lelaki yang pernah jatuh bangkrut ini mengundang para trainer untuk melatih para karyawannya. Sesuatu yang jarang dilakukan oleh usaha kecil apalagi di kota kecil seperti Sragen. Ketiga, selalu sedekah. Mereka menetapkan kebijakan, “Setiap satu ekor ayam yang terjual mereka sisihkan seribu rupiah.” Berarti setiap hari mereka bersedekah antara Rp 500.000 – Rp 700.000 tiap cabang.
Kusnadi Ikhwani juga dikenal sebagai salah satu anggota Komunitas TDA (Tangan di Atas) yang sejak kehadiran pertamanya menarik perhatian dan memiliki energi positif yang berlimpah. Hal ini tentu saja sangat menular. Gaya berbicaranya selalu semangat dan penuh energi. Ia sangat jarang mengutip istilah-istilah manajemen dan keilmuan, justru ayat-ayat Allah dan perilaku Rasul dan para orang shaleh yang terus dikutipnya. Bisnis rumah makan ayamnya maju dan berkembang diklaim sepenuhnya karena campur tangan Allah.
Masa-masa sulit pun dilaluinya dengan ikhlas dan pasrah. Ia berkisah pernah sukses berbisnis roti dengan 12 unit kendaraan, tetapi kemudian hancur karena kenaikan harga bahan baku dan semua kendaraannya ikut hanyut tak bersisa. Begitu pula saat menjadi penjual mie ayam di depan rumahnya. Namun itu semua menjadi pelajaran berharga baginya. Kejaiban-keajaiban atau skenario dari Allah itu sering datang menghampirinya. Baik sebagai pebisnis, sebagai relawan BAZNAS, atau sebagai seorang Muslim.
Katanya, “Inilah ‘miracle‘ atau jawaban dari Allah.” Subhanallah. Bersedekah dan shalat Dhuha adalah kunci untuk meraih sukses yang diterapkan oleh Kusnadi. “Saya membiasakan di restoran agar seluruh karyawan menunaikan shalat Dhuha setiap hari,” tuturnya. Dan untuk memudahkan pengelolaan dana sedekah usaha, beliau mempercayakan pengelolaan dananya kepada Lembaga Amil Zakat Infak Sedekah Muhamadiyah (Lazismu) Sragen. “Serahkan pekerjaan pada ahlinya,” begitu katanya.
Kusnadi juga dikenal sebagai Takmir Masjid Al-Falah Sragen, Jawa Tengah, sebuah masjid yang berhasil dikelolanya dengan berbagai program yang bermanfaat bagi jamaahnya. Memakmurkan masjid menjadi tugas dan tanggung jawab setiap Muslim. Masjid dapat dikatakan makmur jika telah menjadi pusat kegiatan ummat dan peradaban. Masjid Al-Falah Sragen buka 24 jam, tidak pernah terkunci, lampu selalu menyala, menyediakan makan gratis tiga kali sehari untuk jamaah juga makanan berbuka untuk puasa (Senin/Kamis), ada wifi gratis, sedia teh jahe dan air sehat dengan kadar ph tertentu, hotel bagi musafir, layanan konsultasi, barbershop gratis tiap Jumat dan Ahad, kids corner, parkir dan keamanan, serta Badan Usaha Milik Masjid (BUMM).
Dana yang dibutuhkan setiap bulan untuk pelayanan kepada jamaah mencapai sekira Rp 100 juta, termasuk untuk menggaji 20 karyawan. Pemasukan dari kotak infak dan donatur saat ini di atas Rp 100 juta per bulan, padahal sebelum adanya program-program di atas pemasukan hanya di kisaran Rp 12-16 juta per bulan. Prinsipnya, kas masjid bukan berada di bendahara atau rekening masjid, tetapi berada di kantong jamaah. Takmir hanya memfasilitasi program dan pelayanan yang baik. Harapannya, jamaah yang datang ke Al-Falah itu merasa senang dan nyaman sehingga masjid selalu dirindukan.
Semoga ke depannya, silaturahmi antara Geprek Group dan Syaamil Group semakin diperkuat dengan program atau kerjasama yang efeknya berpengaruh luas kepada masyarakat banyak, baik itu di Jawa Barat maupun di Jawa Tengah. Amin.[]