Alhamdulillah pada hari Selasa, 9 November 2021, Syaamil TV menerima tamu istimewa dari sebuah komunitas yang memberikan nilai unik dan tentu saja berbeda dari kumpulan pendukung klub sepak bola pada umumnya. Namun sebelumnya, jika menyebut Jawa Barat tentu tidak akan bisa lepas dengan keberadaan klub sepak bola terbesar di provinsi tersebut, yaitu Persib.
Apud Saefudin, General Manager Marketing and Strategic Communication, sang bobotoh Persib sejati mengatakan, “Ada fenomena menarik ketika Persib main otomatis jalanan di Bandung pada sepi. Bahkan kalau ada yang berkelahi dan Persib sedang main maka mereka akan langsung menghentikan adu jotosnya.” Ini memang bukan sekadar guyonan di warung kopi tetapi begitulah adanya.
Bobotoh adalah sebutan untuk pendukung klub sepak bola Persib Bandung. Mereka memiliki tiga komunitas besar, yaitu Viking Persib Club (VPC), Bobotoh Maung Bersatu (Bomber), dan The Bombs. Secara umum mereka adalah komunitas pendukung klub sepak bola yang tidak jauh berbeda, hanya saja memang Bobotoh ini begitu mendalam rasa cintanya pada Persib dan penyebarannya pun masif sampai ke luar Jabar dan bahkan Indonesia.
Baca juga:
Kembalikan Senyum Rasulullah saw.
Tanya Jawab dengan Ustadz Luqmanulhakim
Takmir Masjid Al-Falah Sragen Berkunjung ke Syaamil Quran
Uniknya, di antara mereka ada komunitas yang menawarkan nilai taqwa untuk sebuah komunitas pendukung klub sepakbola. Kok bisa? Ini tentunya tidak lepas dari image bahwa pendukung klub sepak bola itu cenderung negatif dengan sifat anarkisnya, khususnya di luar lapangan. Dede Mustiawan, Ketua Bobotoh Taqwa atau disingkat BOTAQ, menceritakan kronologisnya.
Komunitas Botaq terbentuk dari segelintir bobotoh yang bekerja di sebuah rumah sakit swasta di Bandung. Mereka tidak hanya senang menonton klub tercintanya bertanding tetapi juga turut bermain sepak bola setiap hari Sabtu dan tentu saja ngobrol tentang berbagai hal. Salah satunya adalah fenomena bobotoh yang akhirnya dicap negatif oleh masyarakat Bandung. Ini tentu tidak dibiarkan.
“Menang wae sok aya sesuatu, komo eleh,” ujar Dede. Akhirnya para karyawan ini menginginkan perubahan bahwa tidak semua bobotoh itu anarkis. Masih ada, meski sedikit, para bobotoh yang baik. Awalnya ada ide nama Boseh (Bobotoh Soleh) dan Bosan (Bobotoh Santun), tetapi akhirnya terpilih Bobotoh Taqwa atau Botaq. “Beurat sih tapi mudah-mudah nama ini menjadi doa,” lanjut Dede.
Video Podcast Edisi BOTAQ Bagian 1
Agustus 2008 terbentuk kepengurusan, dilanjut membuat Page Facebook, “Alhamdulillah responnya sangat positif.” Salah satunya datang dari wartawan senior sebuah tabloid khusus olahraga yang juga seorang mualaf. Namun sebelum berdakwah ke bobotoh yang lebih luas lagi, pengurus Botaq dibina ruhiyahnya dengan mengadakan kajian atau pengajian kecil (liqo).
Ustadz Muhri, Penasihat Botaq yang merupakan pimpinan salah satu pondok pesantren di Bandung, mengutip sebuah ayat dari QS Ali Imran, 3: 104, “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Ada kejadian unik saat pertandingan Persib dengan Mitra Kukar di Stadion Si Jalak Harupat. Saat waktu shalat, anggota Botaq mendirikan shalat meski dengan wudhu dari air mineral yang dibawa. Tentu saja bergantian karena keterbatasan tempat, dan aktivitas tersebut kebetulan direkam, akhirnya viral. Dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan adalah cara yang bisa dilakukan, mau viral atau tidak.
Makanya jika kemudian ada jargon atau tagline dari Botaq, yaitu “Persib Kebanggaan Shalat Kewajiban”. Memang, dakwah dengan tindakan kenyataannya jauh lebih efektif daripada dakwah dengan ucapan. Ustadz Muhri pun menegaskan bahwa jangan menyempatkan shalat tetapi memprioritaskan shalat karena shalat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan secara tepat waktu.[]
Video Podcast Edisi BOTAQ Bagian 2