Ust. Rendy Saputra mengingatkan dalam Kajian Islam Intensif (KII) edisi Jumat (28/1) lewat aplikasi zoom, bahwa mengharapkan rezeki atau kebaikan orang lain itu baiknya hanya karena Allah Swt. Contohnya adalah jangan berharap dari besarnya gaji yang diterima setiap bulan tetapi berharaplah bahwa Allah Swt. akan mencukupi rezeki kita.
Artinya, rezeki Allah itu bisa jadi bukan hanya dari gaji utama, tetapi bisa dari mana-mana. Pernah dong selain mendapatkan rezeki dari gaji bulanan, kita juga mendapatkan rezeki dari sumber yang tidak pernah diduga. Begitu pula jika kita berbuat baik kepada pasangan, jangan berharap pasangan akan membalas kebaikan kita. Jangan.
Selalu diniatkan bahwa kita berbuat baik kepada pasangan itu adalah demi mendapatkan ridha Allah Swt. Soal apakah nantinya pasangan mau berbuat baik atau tidak, itu urusannya dengan Allah Swt., bukan urusan kita. Sama halnya jika ingin berbuat baik pada anak kita, pada saudara kita, pada orang lain, dan seterusnya. Berbuat baik saja karena Allah Swt.
Jangan pernah berharap bahwa perbuatan baik kita akan dibalas oleh orang yang bersangkutan. Jangan. Biarlah nanti Allah Swt. yang membalasnya, meski perbuatan baik yang dilakukan sedemikian kecilnya di mata kita. “Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.” (QS Az-Zalzalah, 99: 7)
Hijrahku adalah karena Allah.
Niat karena Allah.
Beramal karena Allah.
Berdakwah karena Allah.
Berkarya karena Allah.
Bersabar karena Allah.
Taat karena Allah.
Tidak hanya itu, bahkan Allah Swt. sudah menjanjikan akan membalas kebaikan itu dengan berkali-kali lipat jika memang dilakukan dengan ikhlas. Meskipun kita jangan terlalu perhitungan dalam berbuat kebaikan dan biarkan ranah pahala diserahkan kepada-Nya. “Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya.” (QS Al-An’am, 6: 160)
Sebagai pengingat, tetapkan diri ini untuk berusaha ikhlas dan iringi di awal kebaikan dengan niat yang menancap di dalam hati. Hanya sekadar niat saja dan tidak diiringi dengan kebaikan yang sebenarnya, pun diganjar pahala. “Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.’” (QS Al-An’am, 6: 162)
Kata ikhlas memang gampang untuk diucapkan, tetapi susah untuk dilaksanakan. Terkadang sudah merasa ikhlas, tapi beberapa menit kemudian bisa jadi ada masalah sehingga niat ikhlas tadi menjadi batal. Kalau ikhlas yang dirasakan karena Allah, insya Allah tidak akan ada omongan di belakang. Ciri-ciri orang yang ikhlas, adalah ia tidak banyak bicara ketika melakukan suatu hal dan sikapnya juga sama ketika mendapatkan pujian atau celaan. Wallahu’alam bish-shawwab.[]
Orang baik tetap akan bersikap baik meskipun keaadaannya tak tentu.
Orang yang dermawan tetaplah dermawan meskipun ia jatuh fakir.
Orang yang pemaaf tetaplah pemaaf walaupun ia dizholimi.
Orang yang tulus tetaplah tulus walaupun ia disepelekan.
Orang yang ikhlas tetaplah berbudi walaupun ia diremehkan.