Saya orang yang sepenuhnya percaya kepada tim. Saya kira, semestinya tidak ada yang salah juga dengan hal itu. Kesalahan saya adalah memberikan kepercayaan tersebut berlebihan. Hal tersebut termasuk dalam urusan keuangan. Saat itu, saya tidak mau tahu sama sekali urusan keuangan. Bahkan, ke mana saja arus uang itu mengalir, nyaris saya tidak mau tahu.
Saking parahnya memercayai, saya bahkan mengajari orang kepercayaan saya saat itu untuk meniru tanda tangan saya. Jadi, kapan saja perlu keluar uang, orang tersebut tidak perlu menunggu saya untuk menandatangani cek atau pun giro. Rasulullah saw. bersabda, “Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, tunggu saja kehancurannya.”
Buku “Kepemimpinan Jalan Langit” karya Riza Zacharias
Penerbit KMO Indonesia, 2018, Halaman 49-50
Syaamil
Evalina ~ Dari buku Kepemimpinan Jalan Langit (KJL) yang saya baca, terutama di bagian yang telah ditulis kembali di atas, saya tersenyum geli. Benar, saya masih anak SMK yang sedang PKL dan ditugaskan untuk membuat catatan kecil dari buku yang sedang dibaca. Pastinya saya pun belum paham benar apa yang terjadi di dunia bisnis. “Kok, masih bisa tersenyum?”
Ternyata memang ada ya pemimpin yang tidak peduli dengan pengeluaran dan pemasukan keuangan kantor. Ternyata memang ada ya pemimpin yang sangat percaya dengan timnya dan tidak memerlukan laporan. Ia yakin bahwa mereka akan bertanggung jawab. Tidak salah, sih. Akan tetapi, kesalahan seorang pemimpin adalah memberikan kepercayaan yang berlebihan.
Pada akhirnya, dengan berjalannya waktu dan ada yang mengganjal pada urusan keuangan, Pak Riza pun sadar bahwa yang dilakukannya itu salah sebagai seorang pemimpin. Beliau akhirnya menyesal dan mendapat pelajaran bahwa seorang pebisnis haruslah “paranoid”. Makna paranoid di sini tentu saja bukan bermakna negatif.
Paranoid yang dimaksud adalah mampu mengarahkan kebijakan sekaligus mampu mengantisipasi risiko terjadinya masalah atau kejahatan. Pak Riza teringat dengan salah satu hadits Rasulullah saw. yang mengatakan, “Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, tunggu saja kehancurannya.” Ngeri banget kan, ya.
Baca juga:
Bisnis Jalan Langit di Mata Saya
Semuanya Karena Allah
Menjadi Muslim yang Mandiri
Oke, dari masalah di atas, kita tahu bahwa terlalu berlebihan mempercayai seseorang itu dampaknya tidak baik. Ini apalagi terjadi di dalam dunia perbisnisan yang dampaknya sudah pasti akan sangat fatal. Contoh kecilnya saja, di dalam kehidupan kita sehari-hari pun kalau terlalu percaya kepada seseorang bisa berakibat yang tidak baik.
Misalnya kita memiliki teman yang dianggap dekat. Tanpa sadar kita curhat kepadanya tentang segala hal, dari pertemanan, sekolah, hingga masalah di rumah. Pada saat kita terlibat konflik dengannya dan teman itu memiliki pikiran jahat, maka siap-siap saja rahasia kita akan terkuak ke mana. Di sinilah pentingnya memilih teman atau sahabat sejati.
Tidak semua orang bisa dijadikan sahabat dan teman curhat. Saya jadi banyak belajar bahwa memiliki sahabat dekat itu baik, tetapi jangan terlalu berlebihan. Manusia adalah makhluk hidup yang cenderung salah, tempatnya lupa, serakah, dan seterusnya. Sangat jauh berbeda dengan Sang Maha Pencipta yang Mahabenar dan Maha Sempurna.
Yuk, mulai sekarang kita cukup percaya kepada diri sendiri dan keluarga tercinta. Jangan lupa untuk percaya kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta. Serahkan segala urusan dan keluh kesah kita hanya kepada Allah Swt. Insya Allah semuanya akan berjalan sesuai dengan yang kita mau, atau bahkan lebih dari ekspektasi yang kita mau. Amin.[]