
Dari Tamim ad-Dari, Rasulullah saw. bersabda, “Agama adalah nasihat.” Nasihat yang dimaksud tidak bermakna seperti halnya arti ‘nasihat’ dalam bahasa Indonesia. Nasihat dalam hadits tersebut adalah sebuah ketulusan atau keikhlasan. Lalu para sahabat bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, serta untuk para pemimpin kaum Muslimin dan kalangan umum.”
Jadi, makna nasihat bagi Allah adalah iman kepada-Nya, mentauhidkan, menjalankan perintah, dan menjauhi larangan-Nya. Begitu pula dengan nasihat untuk Kitabullah adalah mentadaburkannya. Adapun nasihat bagi Rasululah artinya beriman kepadanya dan kepada semua yang dibawa dan mengikuti beliau. Begitu seterusnya sampai kepada pemimpin dan kaum Muslimin itu sendiri. Jadi, tetapkan diri untuk ikhlas terhadap semuanya itu.
Pada kesempatan kali ini, Ust. Arifin Purnomo alias Pak Ipung menitikberatkan pada poin kedua, yaitu Nasihat kepada Kitabullah, yaitu Al-Quran. Ada beberapa adab yang berkaitan dengan Al-Quran, yaitu 1). Mengimani bahwa Al-Quran adalah kalam Allah; 2). Mengagungkan Al-Quran; 3). Bertilawah dengan sebenar-benarnya; 4). Memperbaiki bacaannya; 5). Khusyuk ketika membacanya.
6). Menegakkan huruf-hurufnya ketika membacanya atau membacanya dengan sangat jelas kalau ada hukum yang mengikutinya; 7). Menjauh dari kesalahan ta’wil yang berlebihan; 8). Membenarkan apa-apa yang tercantum dalam Al-Quran; 9). Berdiri tegak bersama hukum Al-Quran; dan 10). Memahami ilmu-ilmunya dan contoh aplikasi dalam kehidupannya.
Tilawah itu adalah membaca Al-Quran dengan suara, meski hanya terdengar oleh diri sendiri, bukan membaca di dalam hati. Saat tilawah, yakini bahwa apa yang dibacanya adalah kebenaran. Kita bisa belajar dari para generasi sahabat yang merupakan generasi terbaik. Mereka adalah orang-orang yang telah diberi nikmat bisa mereguk segarnya ajaran Islam dari sumber mata air pertama, madrasah kenabian, yaitu Muhammad saw.
Beliau bersabda, “Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (HR Bukhari)
Lalu bagaimana para sahabat mempelajari Al-Quran? Dari Abdul Rahman As-Sulamy (seorang tabi’in) dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Kami dulu belajar dari Rasulullah saw. sepuluh ayat. Kami tidak mengetahui sepuluh ayat sesudahnya sehingga kami mempelajari pengamalan apa yang diturunkan dalam sepuluh ayat ini.” (Ath-Thohawi 321H, Musykilul Atsar) (HR Ahmad)

Syaamil Quran
Baca, Pahami, Lalu Amalkan
Begitulah para sahabat mempelajari Al-Quran, memahami dahulu sepuluh ayat yang turun, lalu mengamalkannya. Kalau sudah, baru mempelajari sepuluh ayat berikutnya. Al-Hakim berkata, “Aku melihat kaum yang diberi Al-Quran sebelum (diberi) iman maka ia membaca dari Al-Fatihah hingga khatam namun ia tidak tahu apa yang diperintah dan yang dilarang.”
Abdullah bin Amr berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membaca (mengkhatamkan) Al-Quran kurang dari tiga hari, maka ia tidak akan mampu memahaminya.” (HR Ahmad)
Ini artinya dalam membaca Al-Quran jangan terburu-buru dan jangan tidak membacanya juga. Baca dan pahami. Itulah mengapa Umar bin Khattab ra. pernah merenung dan bertanya mengapa umat Islam berbeda-beda pendapatnya sedangkan nabi dan kiblatnya satu. Ibnu Abbas berkata, “Wahai Amirul mukminin, Al-Quran diturunkan kepada kita dan kita membacanya, serta mengetahui mengapa ia diturunkan.”
“Sedangkan orang setelah kita adalah orang-orang yang membaca Al-Quran, namun tidak mengetahui tentang apa ia diturunkan, kemudian mereka mengutarakan pendapat tentang hal itu. Dan jika mereka mengeluarkan pendapat maka mereka pun berselisih pendapat. Jika mereka telah berselisih pendapat, maka mereka akan berperang.”
Islam adalah agama ilmu. Setiap aktivitas atau apalagi ibadah, harus dilandasi ilmu. Tentu sudah pada tahu bahwa wahyu yang pertama kali turun adalah membaca. Sehingga belajar menuntut ilmu adalah kewajiban utama sebelum ibadah-ibadah wajib lainnya seperti shalat, puasa, dan seterusnya. Allah Swt. bahkan sudah menjanjikan dalam QS Al-Mujadalah (58) ayat 11 akan mengangkat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Dalam QS Az-Zumar, 39: 9, pun dijelaskan bahwa orang berilmu itu lebih baik dari ahli ibadah. Keutamaan orang berilmu dengan yang ahli ibadah tetapi tidak berilmu seperti keutamaan Nabi Muhammad saw. dengan orang yang paling rendah diantara kalian. Jauh sekali. Untuk itulah menuntut ilmu itu wajib bagi seorang Muslim. Tanamkan dalam diri untuk mempelajari Al-Quran, Hadits, dan Sirah Nabawiyah.[]