Ya, tidak salah. Istilah ‘KAIZEN’ memang berasal dari Jepang, tepatnya sebagai filosofi bisnis yang dikembangkan di Jepang sekira tahun 1950-an. Maknanya sendiri adalah untuk perbaikan, perubahan menjadi lebih baik, atau perbaikan berkelanjutan. Dalam perkembangan berikutnya, istilah ini pun terkenal menjadi filosofi strategi bisnis untuk membuat perubahan kecil tetapi terus-menerus.
Semua harus dimulai dari hal kecil. Ide besar tidak dimulai dari ide besar, tetapi selalu dimulai dari ide kecil. Kata kuncinya adalah berkelanjutan. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. “Lakukanlah amal sesuai kesanggupan. Karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga engkau menjadi bosan. Dan sesungguhnya amal yang paling Allah sukai ialah yang terus-menerus dikerjakan walaupun sedikit.” (HR Abu Dawud).
Ust. Rendy Saputra menceritakan pengalamannya mengampu sebuah Pengajian After Work di Masjid Al-Lathiif Bandung setiap hari Senin. Acaranya sendiri dimulai bakda Maghrib tetapi sejak sore pelataran masjid telah ramai. Pada pertemuan ke-1 dihadiri oleh 200 jamaah dan mereka dibekali makan malam. Pada pertemuan ke-7 dihadiri oleh 1.200 jamaah dan mereka dibekali makan di tempat serta sembako.
Semuanya berproses. Niat awal adalah bagaimana caranya agar jamaah yang hadir setelah bekerja bisa makan enak sebelum mengaji. Bahkan tidak hanya itu, jamaah yang membawa anak-anak pun disediakan tempat bermain untuk anak-anak (kids zone), tempat parkir yang diatur dengan rapi, dan termasuk ada pasukan relawan yang siap membantu. Donasi pun mengalir begitu deras.
Kajian Islam Intensif
Konsistensi Kerja dan Proses Seumur Hidup
Jadi konsep ‘kaizen’ memang sudah ada dalam Islam. Semua itu berawal dari ide sederhana yang langsung dieksekusi, kemudian dikerjakan secara berkelompok atau bersama-sama. Saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Metodologi kaizen tidak diterapkan untuk menyempurnakan sistem, melainkan untuk memperbaiki sistem agar lebih efektif. Agar lebih bermanfaat.
Terus memperbaiki diri dan terus-menerus. “The best revenge is to improve yourself,” kata Ali bin Abi Thalib. Konsep kaizen ini mirip dengan konsep ‘Terminologi Continuous Improvement‘ yang bermakna perbaikan terus-menerus atau perbaikan berkelanjutan. Perbaikan ini bersifat sedikit demi sedikit (step by step improvement), komprehensif, dan terintegrasi dengan filosofi ‘Total Quality Management‘.
Pada akhirnya nanti, kebaikan dan perbaikan yang terbiasa dilakukan akan menghasilkan kebaikan dan perbaikan selanjutnya. Pembiasaan juga akan meminimalisir kebosanan dalam beraktivitas, dengan syarat kontinyuitas yang dilakukan disertai dengan penambahan kualitas ataupun kuantitas. Jadi, bukan hanya sekadar pengulangan dan rutinitas.
Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari sebelumnya, maka ia telah beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama seperti kemarin, maka ia telah merugi. Dan barangsiapa yang hari ini lebih jelek dari kemarin, maka ia tergolong orang-orang yang terlaknat. Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra. bahwasanya ia berkata, ‘Rasulullah saw. pernah ditanya, “Amalan apakah yang paling disukai oleh Allah?” Beliau bersabda, “Amalan yang dikerjakan secara kontinyu walaupun sedikit.”’ (Muttafaqun ‘alaih)