Senin, 9 Mei 2022, adalah hari pertama semua karyawan Syaamil Group memulai aktivitasnya kembali setelah liburan lebaran. Inilah momen yang paling ditunggu setelah akhirnya para karyawan bisa merasakan mudik lebaran ke kampung halamannya masing-masing. Acara halalbihalal dan saling membawa buah tangan khas kampung halaman masing-masing bakal tersedia kembali di meja kerja.
Halalbihalal sebenarnya berasal dari kata serapan ‘halal‘ dengan sisipan ‘bi‘. Namun, tradisi halalbihalal adalah tradisi asli dari Indonesia, bukan dari Arab. Kata halalbihalal sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Ini adalah bentuk silaturahim umat Muslim di Indonesia.
Konon, tradisi halalbihalal sudah dilakukan pada masa Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana tepat setelah salat Idulfitri. Pada pertemuan ini diadakanlah tradisi sungkem atau saling memaafkan.
Versi lainnya adalah atas saran KH Abdul Wahab Hasbullah (ulama pendiri Nahdatul Ulama) kepada Bung Karno untuk mengadakan halalbihalal sebagai bentuk cara silaturahmi antar-pemimpin politik yang pada saat itu masih memiliki konflik. Pada Hari Raya Idulfitri 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri acara ‘Halalbihalal’.
Halalbihalal tidak dapat diartikan secara harfiah. Istilah ‘halal’ berasal dari kata ‘halla‘ dalam bahasa Arab, yang mengandung tiga makna, yaitu halal al-habi (benang kusut terurai kembali); halla al-maa (air keruh diendapkan); serta halla as-syai (halal sesuatu). Kesimpulannya, makna halalbihalal adalah kekusutan, kekeruhan, atau kesalahan yang selama ini dilakukan dapat dihalalkan kembali. Artinya, semua kesalahan melebur, hilang, dan kembali sedia kala.
Maka, itulah yang terjadi di kantor pusat Syaamil Group yang berlokasi di Jl. Babakan Sari I No. 71 Kiaracondong pada hari Senin kemarin (9/5). Sejak pukul delapan, karyawan dari setiap entitas bergerak bersama menghampiri entitas lainnya. Saling meminta maaf atas segala kesalahan yang disengaja atau tidak disengaja. Prosesi saling bersalaman sambil berpelukan (sesama jenis) atau hanya saling menangkupkan kedua tangan tanpa bersentuhan (berbeda jenis) berlangsung syahdu.
Puncaknya adalah mengumpulkan buah tangan yang dibawa khusus dari kampung halaman di satu tempat. Rangginang, keripik sinjai, dodol, bakpia, yangko, anting-anting, kue sagu, roti karamel, opak, dan lain sebagainya tersedia dengan berbagai kemasan. Kakaren kembali hadir setelah dua tahun kemarin menghilang karena adanya wabah pandemi yang menghilangkan tradisi mudik.
Kakaren adalah makanan sisa lebaran yang kemudian dibagi-bagikan sebagai wahana menguatkan tali silaturahim. Makna kakaren zaman dahulu dengan zaman sekarang tentu saja sudah berubah. Jika makna kakaren zaman dahulu adalah makanan sisa lebaran yang dihangatkan kembali dan bisa disebut juga dengan balakatineung, maka makna kakaren zaman sekarang adalah makanan lebaran yang belum tersentuh.
Semoga dengan acara halalbihalal ini jalinan komunikasi antarkaryawan semakin terbuka dan baik. Amin. Rasulullah saw. mengingatkan ancaman Allah Swt. dalam sebuah hadits, “Aku adalah Yang Maha Pengasih (Ar-Rahman). Aku membuat ikatan persaudaraan dan memberinya nama dari nama-Ku. Siapa saja yang mempertahankan ikatan silaturahim, maka Aku mempertahankan hubungan dengannya. Aku pun akan memutus hubungan dengan siapa saja yang memutuskan tali silaturahim.” (Kitab Al-Adab Al-Mufrad)