Berilmu Tapi Bodoh | Kajian Islam Intensif | Ust. Ardiansyah

Alhamdulillah, ketemu lagi dengan hari Jumat. Alangkah baiknya jika kaum Muslimin untuk memperbanyak zikir dan doa pada hari mulia ini. Adamallahu lakum barakatal Jumat duhuran, wa albasakum min taqwahu nuron, jumatan mubarakah. “Semoga Allah Swt. memberikan berkah kepada kalimat pada hari Jumat ini, serta Allah mengenakan cahaya dari kesalehan hari ini, Jumat yang diberkahi.” Juga tak lupa membiasakan diri membaca QS Al-Kahfi (18) ayat 1-10.

Karyawan Syaamil Group merasa bersyukur karena setiap Jumat pagi (pukul 08:00 – 09:00) selalu diadakan Kajian Islam Intensif (KII) di kantor yang bersifat daring atau online. Sebagai narasumber, ada Ust. Ardiansyah A. Hussein yang berbagi tentang pentingnya seorang Muslim itu menguasai ilmu yang berkaitan dengan ibadahnya, termasuk hanya berbicara tentang sesuatu yang sesuai bidangnya. Pertentangan yang terjadi pada zaman ini adalah begitu banyaknya orang bodoh yang berbicara berdasarkan logika.

Setiap hari, minimal tujuh belas kali, umat Muslim diminta untuk membacakan surah Al-Fatihah yang disebut sebagai Ummul Quran atau induk dari semua isi Al-Quran. Inilah surah yang pertama kali diturunkan secara lengkap. Surah pengakuan seorang Muslim akan keberadaan Allah Swt. Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Sang Pemilik hari pembalasan. Dzat yang harus disembah dan dimintai pertolongan. Umat Muslim harus memohon agar diberi jalan yang lurus, bukan jalan yang dimurkai atau jalan yang sesat.

Menurut tafsir, jalan yang dimurkai itu itu adalah jalan orang-orang yang berilmu tetapi kehilangan amal sedangkan jalan yang sesat adalah jalan orang-orang yang rajin beramal tapi kehilangan ilmu. Di dalam Al-Quran, dijelaskan dengan gamblang tentang kedua golongan ini. Antara ilmu dan amal saling berkaitan, tidak boleh timpang. Jika salah satunya tidak ada, maka jadilah kita sebagai orang-orang yang dimurkai atau yang sesat. Naudzubillah min dzalik. Jangan sampai kita berilmu tapi bodoh, atau beramal tapi sesat.

Ust. Ardiansyah

Mencari Ilmu Itu Berat

Ust. Ardiansyah A. Hussein menegaskan betapa pentingnya keilmuan ini dalam beribadah. Ada sebuah kisah yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. Salah seorang sahabat (sebut saja si A) sedang terluka di kepala karena tertimpa batu. Saat sedang istirahat dan tertidur, ia bermimpi basah. Setelah bangun, ia pun bertanya pada para kawan-kawannya, apakah diperbolehkan untuk tayamum sebagai pengganti air untuk mandi junub. Kawan-kawannya itu menjawab bahwa ia harus mandi junub dengan menggunakan air.

Akhirnya yang bersangkutan pun mandi dan membasahi kepala. Tidak disangka, ia meninggal. Berita ini segera sampai ke telinga Rasulullah saw. dan beliau pun marah besar sambil berkata, “Mereka telah membunuhnya. Semoga Allah membalas mereka. Tidakkah mereka bertanya jika tidak mengetahui ? Karena obat dari tidak tahu adalah bertanya. Sesungguhnya dia cukup bertayammum.” (HR. Abu Daud) ~ Masya Allah ya, betapa pentingnya berilmu sebelum mengeluarkan fatwa.

Namun mencari ilmu tidaklah mudah. Selalu ada batu dan kerikil tajam yang menghalangi. Selalu ada jalan menanjak sebelum ada jalan menurun. Kalau kata Dilan mah, “Mencari ilmu itu berat, jangan aku saja. Akan tetapi kalian juga harus mencarinya.” Itulah mengapa Allah Swt. lebih menyukai melihat hamba-hamba-Nya yang berproses, yang mau bekerja keras, yang mau berusaha, dan tidak hanya menunggu belaka. Sama halnya membicarakan hal yang bukan keahliannya. Kalau tidak tahu, ya diam saja.

Ibnu Hajar al-‘Asqalani ra. dalam Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari mengatakan, “Apabila seseorang berbicara tentang sesuatu yang bukan bidangnya, maka ia akan memunculkan banyak keanehan.” Itulah mengapa umat Islam saat ini dihebohkan oleh hal-hal seperti muslimah boleh nikah dengan non muslim, muslimah boleh shalat meski dalam kondisi haidh, dan sejumlah pernyataan kontroversi lainnya. Sebuah pernyataan yang muncul akibat syahwat telah mengalahkan rasa takut kepada Allah.

Yuk, tahanlah lisan, perbanyak diam. Boleh jadi diam kita jauh lebih bermanfaat daripada bicara yang tidak bermanfaat atau membicarakan sesuatu yang mendatangkan mudarat. Imam Abu Hamid Al-Ghazali ra. menasihati kita dalam kitab Faishilut Tafriqah bainal Islam wal Zindiqah, “Karena orang-orang dungulah terjadi banyak kontroversi di antara manusia. Seandainya orang-orang yang bodoh berhenti bicara, niscaya berkuranglah pertentangan di antara sesama.”

Wallahu’alam bish-shawwab

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x