“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.’ Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Az-Zumar, 39 : 53)
Ramadhan memang telah lewat tetapi auranya masih terasa, apalagi jika berbicara tentang taubat. Pertanyaan paling mendasar adalah, “Apakah dosa-dosa kita diampuni Allah? Akankah taubat kita diterima?” Ada baiknya kita semua menelaah sebuah hadits yang berbunyi, “Celakalah seseorang yang memasuki Ramadhan lalu ia jalani hari-harinya di bulan Ramadhan sampai kemudian Ramadhan berpisah dengannya, tetapi dosanya belum diampuni oleh Allah.”
Lalu bagaimana caranya? Contohlah langkah-langkah para sahabat yang awalnya melakukan kesalahan fatal tetapi mereka mampu bangkit berdiri dan akhirnya menjadi pahlawan di akhir cerita. Tujuannya jelas bukan untuk dipuji oleh ahli dunia, melainkan hanya mencari keridhaan Allah. Ini sangat nyata dan sangat mewakili jutaan orang yang pesimis setelah melakukan kesalahan fatal di masa lalunya.
Apakah itu kesalahan di masa mudanya, di rumah tangganya, dalam menyikapi orang tuanya atau mungkin mertuanya, dalam mendidik anak-anaknya, dalam bisnisnya, dan banyak lagi kesalahan lainnya yang seringkali terabaikan atau bahkan membuat kita menjadi murung. Belajarlah dari salah satu sahabat, Ka’ab bin Malik, yang kisah pertaubatannya sampai diabadikan di dalam Al-Quran.
Pada suatu masa, terdengar kabar bahwa 40 ribu tentara Romawi tengah diberangkatkan ke Madinah. Kaum Muslimin di Madinah pun dilanda ketakutan. Untuk menghindari peperangan di Madinah, Rasulullah saw. memutuskan untuk menghadang pasukan Romawi di Tabuk, di luar Madinah. Ketika kaum Muslimin bersiap-siap berangkat jihad, Ka’ab malah menunda-nundanya dan akhirnya tertinggal.
Selepas Perang Tabuk, Ka’ab merasa menyesal dan langsung mendatangi Rasulullah saw. Ia mengakui perbuatannya dan ia tidak mempunyai alasan yang kuat mengapa dirinya tidak bisa mengikuti peperangan. Ka’ab benar-benar memohon ampunan dari Allah Swt. Rasulullah saw. bersabda, “Karena kamu sudah berlaku jujur, maka berdirilah sampai Allah memberi keputusan tentangmu.”
Rasulullah saw. pun melarang kaum Muslimin untuk berbicara kepada Ka’ab sampai datangnya keputusan dari Allah Swt. Ka’ab berusaha tabah. Ia tetap ikut shalat berjamaah dan pergi ke pasar meski tidak ada yang menegurnya. Raja Ghassan mendengar berita itu dan langsung mengirimkan surat kepada Ka’ab dan memintanya datang ke negerinya dan menjanjikan Ka’ab kedudukan dan kemuliaan.
Ka’ab menolak dan bahkan membakar surat tersebut. Setelah empat puluh hari dikucilkan, datanglah utusan Rasulullah saw. yang meminta Ka’ab agar menjauhi istrinya. Ka’ab menunduk lemas tapi tetap menaati perintah Rasulullah saw. Istrinya dipulangkan kepada keluarganya sampai ada keputusan dari Allah Swt. Pada hari kelima puluh dikucilkan, datanglah wahyu dari Allah Swt. selepas shalat Subuh.
Salah seorang sahabat langsung berlari ke atas bukit dan berteriak, “Wahai Ka’ab bin Malik, bergembiralah!” Mendengar berita tersebut, Ka’ab langsung sujud syukur. Begitu pula dengan Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi’ yang dihukum sama. Ya, Rasulullah saw. menerima wahyu di Surah At-Taubah (9) ayat 117-119 yang menerangkan bahwa Allah Swt. telah menerima taubat ketiga sahabat tersebut.
Jika bercerita tentang Perang Tabuk, nama Ka’ab bin Malik begitu bercahaya meski ia tidak ikut peperangan tersebut. Ia berasal dari Anshor dan termasuk yang pertama masuk Islam saat Rasulullah saw. baru sampai di Madinah dari perjalanan hijrahnya. Ia pun dikenal sebagai penyair ulung yang menggunakan keahlian lisannya itu untuk memperjuangkan agama Allah.
Rasulullah saw. sampai mengatakan “Seorang mukmin itu berjuang berjihad dengan pedangnya dan dengan lisannya.” Ka’ab memiliki 17 luka dari beberapa peperangannya mendampingi Rasulullah saw. dan dua bait syair yang menyebabkan 1 kabilah langsung masuk Islam. Inilah bukti bahwa taubat yang sebenarnya dapat mengangkat derajat manusia dari kubangan lumpur kepada cahaya kemuliaan.[]