Bekerja di lingkungan yang islami ternyata tidak menjamin seseorang akan menjadi lebih baik lagi. Begitu pula sebaliknya, bekerja di lingkungan yang tidak islami bahkan jauh dari nilai-nilai Islam, tidak menjadi jaminan bahwa dirinya akan dijauhi Allah Swt. Namun manusia perlu berusaha agar dirinya bisa menjadi seorang Muslimin yang dicintai Allah Swt. Salah satu caranya adalah dengan berusaha berada di lingkungan yang kondusif.
Ada orang-orang Muslim yang diberikan nikmat karena bisa bekerja dan berada di lingkungan Al-Quran, tetapi ada orang yang tidak diberikan nikmat meski sudah bekerja di lingkungan Al-Quran. Mengapa itu semua bisa terjadi? Ini karena masing-masing orang tersebut berbeda dalam memahami dan mendalami Al-Quran. Al-Quran adalah ruh atau nyawa, tidak hanya bagi kaum Muslimin tetapi juga bagi umat manusia di muka bumi ini.
“Jika manusia tidak memiliki nyawa, maka seperti mayat hidup. Oleh karena itulah umat Muslim harus memasukkan Al-Quran ke dalam kehidupannya,” tegas Syekh Sameh Kefah Shehta Kuhail dalam ceramahnya di Masjid Syaamil beberapa waktu lalu. Beliau berasal dari Gaza dan baru saja lulus dari Kedokteran Gigi Universitas Palestina, serta merasa bersyukur bisa berkunjung ke Syaamil Group pada hari Rabu, 30 Maret 2022.
Syekh Sameh baru berusia 23 tahun dan sangat bersyukur bahwa dirinya sudah dikaruniai gelar hafizh. Saat ini beliau telah memiliki 30 orang murid dimana salah satunya baru berusia 11 tahun dan sudah menyandang gelar hafizh. Al-Quran adalah cahaya, yang insya Allah akan menyinari kehidupan manusia dengan lebih baik lagi. Al-Quran adalah sebuah berkah/barokah yang patut disyukuri manusia.
Keberkahan Al-Quran adalah bertambahnya kebaikan yang tidak bisa dinilai besarnya karena hanya bisa dirasakan oleh yang manusia yang dekat dengan Al-Quran. Ahli Al-Quran itu nantinya dipanggil oleh Allah Swt. dengan sebutan, “Ahlullah.” Berbahagialah. Itulah mengapa sejak mendarat di Indonesia, beliau merasa sangat bahagia saat menapaki kakinya di kantor ini. Suasana dan auranya terasa positif dan menenangkan.
Ini juga menjadi momen pertama beliau melihat dari dekat sebuah Pabrik Al-Quran. Alat-alatnya begitu modern dan pengerjaannya sudah dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian. Kertas dan bahan bakunya juga ternyata jauh dari ekspektasinya selama ini, yaitu berkualitas khusus dan sudah halal. Beliau begitu takjub dengan beberapa produknya yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Ada Mushaf Tikrar (hafalan), Tajwid, dan ada Mushaf Tulis. Beliau sangat berharap ketiga jenis Al-Quran tersebut bisa dikirimkan ke Palestina. Al-Quran di Palestina yang dibacanya sejak kecil hanya menggunakan kertas berwarna-warni tapi dengan khat hitam. Itu membuat matanya jadi agak sakit, tapi saat melihat Al-Quran yang dicetak di Syaamil Group ternyata begitu nyaman di mata.
Syekh lahir tahun 1999 tetapi merasa terlahir kembali setelah menghafalkan Al-Quran pada 2013. Selama 13 tahun sebelumnya, beliau lebih banyak menghabiskan waktunya untuk urusan duniawi, sementara mempelajari Al-Quran hanya 2 jam saja. Setelah menyandang gelar hafizh pada usia 14 tahun, beliau merasa terlahir kembali karena ruhnya Al-Quran. “(Allah) Yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan Al-Quran.” (QS Ar-Rahman, 55: 1-2)
“Masya Allah,” itulah kata-kata indah yang diucapkannya selama di kantor Syaamil Group. Pada akhir ceramahnya, Syekh Sameh kemudian memberikan contoh 3 qiroat cara membaca Al-Quran dari 10 qiroat yang beliau kuasai. Qiroat ini adalah yang diajarkan Rasulullah saw. Tanpa terasa air mata beberapa jamaah mengalir saat mendengarnya. Begitu indah dan menyentuh kalbu.
Pada kunjungan kali ini, Syekh Sameh juga melakukan Wisata Quran berkeliling kantor Syaamil Group untuk melihat dengan kepala sendiri bagaimana proses mushaf Syaamil Quran itu dibuat. Mulai dari pracetak yang melibatkan tim desain dan editor, hingga proses cetak yang menjadi kelebihan dari Syaamil Group karena memilih Pabrik Al-Quran berstandar masjid. Satu-satunya dan yang pertama di Indonesia.[]