Ustadz Jazir | Masjid Jogokariyan | ICS 2022

Berjamaah itu adalah kewajiban, sebagaimana yang telah difirmankan Allah Swt. dalam QS Ali Imran (3) ayat 103, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” Pada ayat tersebut ada kata ‘jamii’an‘ yang bermakna berjamaah. Sedangkan kebalikannya, yaitu bercerai-berai tentu saja dilarang. Tidak boleh.

Jamaluddin al-Afghani pernah berpidato pada 1932 dengan kalimat, “Laa islama illa bil-quwwah. Wa laa quwwata illa bil-ijtihad. Wa laa ijtihada illa bil-fadha’il. wa laa fadha’ila illa bit-tawhid.” Beliau berkata, “Islam tidak akan jaya kecuali dengan kekuatan. Islam tidak akan kuat kecuali dengan persatuan. Tidak akan ada persatuan kecuali dengan kemuliaan akhlak pemimpinnya. Tidak akan ada kemuliaan akhlak pada pemimpinnya kecuali dengan tauhid.”

HOS Tjokroaminoto (pendiri Sarekat Islam) setelah mendengarkan pidato itu di radio, jadi terinspirasi dengan mengatakan, “Jika kalian ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator.” Hingga Sarekat Islam (SI) pun jadi memiliki trilogi petuah, “Sebersih-bersih Tauhid. Setinggi-tinggi Ilmu. Sepandai-pandai Siasat.” Membangun persatuan umat harus dimulai dengan membersihkan tauhid.

Kalimat-kalimat di atas disampaikan oleh Ustadz Jazir (Takmir Masjid Jogokariyan Yogyakarta) pada acara Islamic Community Summit 2022 di Bandung. Lanjutnya, tempat terbaik untuk membersihkan tauhid adalah di masjid. Bahkan masjid adalah jalan keluar bagi umat Islam jika para pemimpinnya bodoh, keras kepala, dan suka berbohong. Mengapa masjid? Ini karena di masjid, umat Islam diajarkan untuk berjamaah. Bersatu.

Bagaimana kebenaran akan menang jika terpecah-belah sedangkan kejahatan terorganisasi dengan baik? Di masjid juga sebagai tempat untuk mempelajari Al-Quran dengan seutuhnya. Pertanyaan selanjutnya adalah … masjid yang seperti apa? Tentu saja masjid yang makmur. Allah Swt. berfirman di dalam QS. At-Taubah (9) ayat 17-18, “Tidaklah pantas orang-orang musyrik memakmurkan masjid Allah, padahal mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Mereka itu sia-sia amalnya, dan mereka kekal di dalam neraka.”

“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali Allah.” Asbabun-nuzul turunnya ayat ini adalah saat Rasulullah saw. membangun 3 (tiga) masjid di Yastrib/Madinah (yaitu Masjid Quba, Masjid Nabawi, dan Masjid Bani Salam) dengan cara sederhana. Tanah yang dibersihkan, dinding dari batu dan tanah liat, serta atap dari pelepah kurma.

Orang kafir yang melihat itu semua kemudian berkata sombong bahwa mereka lebih baik karena bisa membangun tempat ibadah dengan sangat mewah. Hingga Allah Swt. pun langsung membalasnya dengan turunnya dua ayat tersebut. Oleh karena itulah para pengurus DKM jangan menitikberatkan kegiatan hanya dengan membangun masjid sebagus-bagusnya. Pikirkan juga umatnya agar mereka mau beraktivitas di masjid. Pikirkan bagaimana caranya agar masjid ramai oleh jamaahnya dan agar umat Islam merasa terbantu ekonominya oleh keberadaan masjid, dan seterusnya.

Cara berpikir orang-orang musyrik di luar Islam dengan orang Islam yang berhati musyrik itu polanya sama, yaitu bagaimana membangun tempat ibadah dengan semegah-megahnya. Lihat saja candi-candi yang dibangun dengan begitu megahnya agar nantinya bisa menjadi tempat ibadah, pada akhirnya hanya menjadi tempat wisata belaka. Begitu pula dengan pura, gereja, dan beberapa masjid yang begitu megah, hanya dikunjungi sebagai tempat wisata, bukan sebagai tempat beribadah.

Islamic Community Summit | Masjid Jogokariyan | ICS 2022

Cara Memakmurkan Masjid

Cara Memakmurkan Masjid

Tugas utama pengurus masjid adalah menegakkan shalat. Ini sudah ditekankan oleh Allah Swt. dalam QS At-Taubah (9) ayat 18 sehingga DKM harus berpikir keras bagaimana memobilisasi warga yang beragama Islam mau ke masjid. Target utamanya adalah masjid itu penuh saat shalat wajib, bukan membaguskan bangunannya. Di sinilah masjid dikatakan makmur karena DKM itu adalah Dewan Kemakmuran Masjid.

Pada saat Ustadz Jazir ditunjuk sebagai pengurus DKM Jogokariyan, tugas pertamanya adalah menentukan wilayah dakwah, yaitu Kampung Jogokariyan yang terdiri dari 4 RW dan 18 RT. Tahap kedua adalah pendataan sehingga didapat 907 KK atau 2.973 jiwa. Dari jumlah itu terdapat 2.642 Muslim, yang di antaranya adalah 1.839 orang yang wajib shalat dan 816 orang yang wajib shalat tapi belum shalat. Tahap ketiga adalah gerakan menshalatkan orang hidup. 816 orang ini adalah tanggung jawab DKM.

Pengurus DKM Jogokariyan kemudian membuat tim untuk mengunjungi 816 orang ini pada waktu yang terbaik sambil membawa bingkisan, kemudian ditawarkan kapan mau diajarkan shalat. Alhamdulillah responnya baik. Dari 816 orang yang wajib shalat tapi belum shalat, pada tahun berikutnya jumlahnya berkurang menjadi 315 orang dan tahun berikutnya lagi berkurang menjadi 27 orang.

Testimoni mereka adalah, “Selama ini kami tidak pernah dilayani oleh pengurus masjid. Mereka memang sering mendatangkan ulama-ulama terkenal tapi ya hanya sebatas itu. Hanya bisa mendengarkan ceramahnya yang bagus dari toa masjid, itu pun kalau kedengeran. Belum pernah ada yang melayani kami seperti pengurus DKM sekarang.”

Terlalu banyak kursus mentereng yang terpampang di jalan atau di media massa, tetapi tidak ada kursus shalat bagi Muslim yang belum bisa shalat. Ceramah di masjid-masjid sudah terlalu tinggi bahasannya tetapi ternyata ada warga sekitar masjid yang belum bisa shalat. DKM Jogokariyan juga membuat undangan resmi dengan kualitas seperti undangan resepsi pernikahan agar warga mau shalat Subuh berjamaah.

Dibuat pula program shalat jamaah selama sebulan, ada doorprize-nya dan garansi kalau sandal/sepatu jamaah ada yang hilang. Dijelaskan tentang keutamaan shalat Subuh berjamaah di masjid itu sama seperti shalat semalam penuh, keutamaan shalat Maghrib dan Isya berjamaah di masjid itu sama seperti shalat separuh malam, keutamaan shalat Dzuhur berjamaah di masjid itu lebih baik dari shalat malam 1000 rakaat, dan keutamaan shalat Ashar berjamaah di masjid itu kalau konsisten hidupnya dijamin oleh Allah Swt.

Lebih detailnya, bagi jamaah Subuh ada kopi susu dan snack atau sarapan. Anak-anak yang mau shalat Subuh ke masjid diberi voucher belanja atau uang saku, tapi baru rencana. Jadi, tugas DKM itu mencerahkan, melayani, dan mengenyangkan. Jangan sampai ada jamaah masjid yang sudah rajin ke masjid tapi masih kelaparan karena hidupnya masih kekurangan.

Masjid Jogokariyan dibuka 24 jam, lampunya paling terang dan pintunya tidak pernah dikunci. Efeknya, jamaah dari luar banyak berdatangan dan rajin mengisi kotak infak. Jamaah shalat Subuhnya hampir sama dengan shalat Jumat. Badan Usaha Milik Masjid (BUMM) Jogokariyan sudah mengakuisisi hotel di tempat wisata Kaliurang, membeli ruko, termasuk penginapan di masjid yang penghasilannya cukup untuk operasional masjid dan gaji semua pegawainya.

Otomatis infak masjid diberikan seluruhnya untuk jamaah, tidak boleh ada saldo lebih yang mengendap setiap bulannya. Saldo harus nol. Jika ada jamaah masjid yang tidak bisa membayar SPP atau tidak bisa berobat ke RS, maka harus dibiayai oleh masjid. Apalagi jika ada jamaah yang meninggal dunia, tentu harus ditanggung sepenuhnya oleh masjid. Fungsi DKM sekali lagi adalah memakmurkan masjid dan jamaahnya. Alhamdulillah 80% warga Jogokariyan itu dulunya mustahik dan sekarang sudah menjadi muzzaki.[]

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x