Kajian Islam Intensif pada hari Jumat, 04 Juni 2021, kali ini menghadirkan Ustadz Ardiansyah Ashri Hussein, Lc.,MA yang menyampaikan taujih tentang bagaimana menjadi seorang Muslim yang berakidah. Beliau memulainya dengan mengatakan bahwa Islam itu haruslah dirawat dan dijaga. Islam hadir tidak semata-mata sebagai warisan belaka, tetapi juga harus diperkuat dan ditanamkam di dalam hati.
Seseorang pernah bertanya pada seorang ulama, “Mengapa Islam ini tidak dijadikan sebuah negara?” Ulama tersebut menjawab bahwa sebelum menegakkan negara Islam, maka tegakkan agama ini di muka Bumi. Islam bukan hanya semboyan atau simbol tetapi yang terpenting dan utama, adalah bagaimana Islam harus menjadi ruh sehari-hari.
Ada 4 (empat) aspek bagi seorang Muslim untuk menjaga keislamannya, yaitu (1) Menjadi Muslim yang Berakidah, (2) Menjadi Muslim yang Beribadah, (3) Menjadi Muslim yang Berakhlak, dan (4) Menjadi Muslim di Lingkungan Keluarga/Rumah Tangga. Lebih lanjut lagi, ada 19 Pedoman yang harus dilakukan seorang Muslim agar bisa menjadi Muslim yang Berakidah.
Yang pertama adalah meyakini bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah Swt. sebagai Zat yang Mahatinggi, Maha Berkuasa, dan Maha Berdiri Sendiri. Hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah Swt. “Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Mahasuci Allah yang memiliki ‘Arsy, dari apa yang mereka sifatkan.” (QS Al-Anbiya’, 21: 22)
Yang kedua, Allah menciptakan dunia dan isinya ini tanpa ada senda gurau dan sia-sia. Allah bersungguh-sungguh dalam menciptakannya, baik yang kita ketahui maupun bagi yang belum kita ketahui. Misalnya, Allah Swt. menciptakan babi tetapi mengharamkannya bagi Muslim. Bisa jadi, itu dalam rangka menjaga ekosistem di dunia ini. Selalu ada hikmah dibalik penciptaan sesuatu.
Yang ketiga, meyakini bahwa Allah telah menurunkan para nabi dan rasul untuk menjadi duta sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Seorang Muslim wajib mengimani 25 nabi/rasul, meski meyakini juga bahwa ada lebih banyak lagi nabi/rasul yang tidak diketahui. Pada peristiwa Isra Miraj, Rasulullah saw. sendiri menjadi imam shalat bagi 124 ribu nabi dan diantaranya ada 300-an rasul.
Keempat, meyakini bahwa tujuan keberadaan manusia di dunia adalah untuk mengenal Allah dan beribadah kepada Allah. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku” (QS Az-Zariyat, 51: 56). Kelima, meyakini bahwa orang-orang yang beriman insya Allah akan mendapatkan balasan surga di hari Akhirat nanti. Sebaliknya, orang-orang yang ingkar akan mendapatkan balasan neraka.
Keenam, manusia ketika melakukan kebaikan atau keburukan adalah atas dasar pilihan dan kehendaknya sendiri, meski meyakini semua itu terjadi atas izin Allah. Tidak ada paksaan untuk berbuat baik atau buruk. “Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (QS Asy-Syams, 91: 8-10)
Ketujuh, syariat itu dibuat dan ditetapkan oleh Allah Swt, bukan oleh makhluk lain. Tugas para ulama adalah menyimpulkan syariat itu dengan bahasa yang mudah dipahami manusia. Tugas ini diturunkan mulai dari Rasulullah saw., para sahabat, para tabiin, para tabi’ut tabi’in, dan seterusnya. Kedelapan, mengenal Allah sesuai nama dan sifat-Nya, yaitu Asma’ul Husna. Yakini juga bahwa nama Allah itu lebih dari 99 nama yang tercatat, seperti halnya 25 nabi/rasul.
Baca juga :
Menjadi Ahli Ilmu yang Benar
Kesembilan, hendaknya seorang Muslim itu bertafakur terhadap apa yang diciptakan Allah Swt, jangan terlalu larut dalam menggali Zat Allah. Berpikirlah pada apa pun yang diciptakan-Nya. Kesepuluh, selain nama Allah, kenali juga melalui sifat-sifat-Nya. Kesebelas, agar nama-nama Allah tidak ditafsirkan atau diterjemahkan. Para ulama salafussalih menerangkan untuk terima saja dan jangan dipikirkan. Cara lainnya adalah dengan takwil, yaitu mengalihkan dari makna asal ke makna lain agar manusia tidak terjebak kepada hal yang keliru.
Keduabelas, sembahlah Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya. “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah Tagut'” (QS An Nahl, 16: 36). Ketigabelas, takutlah hanya kepada Allah dan tidak takut pada selain-Nya. Rasa takut itu akan mendorong seorang Muslim untuk senantiasa menjauhi larangan-larangan Allah Swt. Keempatbelas, senantiasa berzikir atau terus ingat kepada Allah. Kalau diam, sebaiknya sedang berpikir tentang sesuatu yang bermanfaat.
Kelimabelas, mencintai Allah dengan cinta yang sebenarnya. Penuhi hati oleh kasih sayang Allah. Bahwa seorang Muslim amat bergantung hanya kepada-Nya. Keenambelas, bertawakallah kepada Allah dalam segala urusan. Insya Allah segala yang sulit akan menjadi mudah, yang gelap akan menjadi terang. “Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS Ath-Thalaq, 65: 3). Ketujuhbelas, senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya yang tidak akan mampu dihitung.
Kedelapanbelas, dawamkan istighfar. Selalu minta ampun kepada Allah atas kesalahan yang disengaja atau tidak sengaja, baik yang diketahui atau tidak diketahui. “Dan barang siapa berbuat kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia memohon ampunan kepada Allah, niscaya dia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang” (QS An Nisa, 4: 110). Kesembilanbelas, seoranga Muslim itu harus senantiasa menghadirkan pengawasan dari Allah. Ia merasa diawasi dan diperhatikan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui akan segala sesuatu.
Sebagai penutup, biasakanlah pada diri anak-anak untuk menjadi Muslim yang Berakidah. Caranya bagaimana? Dengan mengenalkan Allah Swt. secara terus-menerus dalam keseharian mereka. Alhamdulillah Syaamil Group telah mengeluarkan produk Ada Allah di Rumah Kami (ditulis oleh Umma Oki Setiana Dewi) yang dipasarkan oleh Sygma Daya Insani (SDI).[]