Sore, setelah Ashar, adalah waktu terbaik untuk berdoa atau beramal baik. Insya Allah doa-doa yang melangit akan diijabah oleh Allah Swt., apalagi jika di Hari Jumat. Meski demikian, masih saja ada umat Muslim yang mengabaikan waktu ini dengan kegiatan yang kurang bermanfaat, atau bahkan diisi dengan tidur. Namun alhamdulillah, jamaah Masjid Qaf Kalijati Indah mengisi waktu tersebut dengan kajian ilmu secara hibrid, offline (luring) dan online (daring).
Rabu sore, 27 Oktober 2021, Majelis Taklim dan DKM Qaf Kalijati Indah mengadakan kajian hibrid bertema “Kembalikan Senyum Rasulullah saw.” yang akan diampu oleh Ustadz Luqmanulhakim. Acara ini juga didukung oleh Syaamil Group dan Syaamil Quran. Meski kajian disampaikan secara daring, Ustadz Luqmanulhakim mengatakan, “Jauh di mata, dekat dalam doa. Insya Allah kita semua yang hadir ditakdirkan oleh Allah Swt. menjadi saudara sampai Surga. Amin.”
Di dalam QS Al-Furqan (25) ayat 30 dijelaskan, “Dan Rasul (Muhammad) berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini diabaikan.'” Rasulullah saw. mengungkapkan pernyataan ini jelas dalam keadaan sedih, dan kisah sedih ini ternyata dimasukkan ke dalam ayat Al-Quran, bukan ke dalam hadits. Ini adalah bukti bahwa kesedihan Rasulullah saw. begitu penting dan harusnya menjadi perhatian utama umat Islam.
Rasulullah saw. mengatakan kalimat di atas saat beliau masih hidup, yaitu 1400-an tahun yang lalu. Ada survei saat ini yang membuktikan bahwa 85% umat Muslim di Indonesia tidak bisa membaca Al-Quran. Dari 15% yang bisa membaca Al-Quran, kira-kira hanya 5% yang lancar membacanya. Dari jumlah itu kira-kira hanya 1% yang memahaminya. Dari 1% itu kira-kira berapa persen yang bisa mengamalkannya. Sangat sedikit sekali.
Bukan kebetulan kalau acara yang digagas oleh DKM dan MT Qaf ini berhubungan erat dengan QS Qaf. Silakan lihat QS Qaf (50) khususnya ayat 1-5. “1. Qaf. Demi Al-Quran yang mulia. 2. (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, ‘Ini adalah suatu yang sangat ajaib.'”
“3. Apakah apabila kami telah mati dan sudah menjadi tanah (akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. 4. Sungguh, Kami telah mengetahui apa yang ditelan bumi dari (tubuh) mereka, sebab pada Kami ada kitab (catatan) yang terpelihara baik. 5. Bahkan mereka telah mendustakan kebenaran ketika (kebenaran itu) datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.”
Al-Quran itu sudah diakui kebenarannya, tetapi kebanyakan dari kita menolak kebenaran itu. “Iya sih, Al-Qur’an itu benar, tapi ….” Seolah-olah Al-Qur’an itu tidak pantas kalau dijadikan patokan atau rujukan untuk berpolitik atau untuk berbisnis. Jadi, wajar saja jika Allah Swt. mengabadikan kesedihan Rasulullah saw. bahwa umatnya nanti akan mengabaikan Al-Qur’an. Wajar saja jika kehidupan kita tampak kacau balau karena makin jauh dari Al-Qur’an.
Oleh karena itu, mulailah dari sekarang untuk mempelajari Al-Qur’an. Caranya bisa dimulai dari yang paling dasar, yaitu belajar membaca Al-Qur’an. Ustadz Luqmanulhakim menganjurkan untuk berdoa….
Ya Allah, beri kami ilmu agar bisa membaca Al-Qur’an dengan benar
Ya Allah, beri kami ilmu agar bisa memahami Al-Quran dengan benar
Ya Allah, beri kami ilmu agar bisa menghafalkan dan mengamalkan Al-Quran dengan benar
Sebelum kita pandai dan fasih berbicara tentang keduniawian, apakah itu dunia politik atau tentang dunia bisnis, berkaca dan tanyalah pada diri sendiri, “Sudahkah kita membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar?” Sudahkah kita memahaminya? Sudahkah kita manghafalkannya? Dan sudahkah kita mengamalkannya? Ingatlah akan janji Allah, “Orang-orang yang telah Kami beri kitab, mereka membacanya sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barang siapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS Al-Baqarah, 2: 121)
Ustadz Luqmanulhakim memiliki pengalaman hidup tentang orang-orang yang bangkrut dalam bisnisnya, orang-orang yang gagal dalam hidupnya, dan mereka adalah orang-orang yang kacau balau. Kemudian, mereka hanya diminta untuk membuka Al-Qur’an dan membacanya. Ternyata memang benar, bacaan mereka masih terbata-bata. Mereka belum bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar.
Camkan testimoni beliau, “Bersungguh-sungguhlah untuk memperbaiki kualitas bacaan Al-Qur’anmu, maka Allah Swt. akan bersungguh-sungguh memperbaiki kualitas kehidupanmu.” Urutan pertama mempelajari Al-Qur’an adalah membacanya dengan baik dan benar. Tidak ada yang instan dalam mempelajari Al-Qur’an, perlu proses yang tidak sebentar. Nikmati saja saat mempelajari Al-Qur’an dengan rumus hari esok harus lebih baik dari hari ini.[]