Workshop Menulis | Diary Ramadhan | Wakaf Quran

Program pekanan Kalamata Komunika selalu menghadirkan wokshop yang bermanfaat. Pada hari Sabtu, 9 April 2022, Kalamata Komunika memberikan peluang untuk berwakaf Al-Quran dengan benefit Workshop Diary Ramadhan bersama Bang Aswi secara virtual melalui zoom meeting. Ini sebuah terobosan baru bagaimana program wakaf bisa digandeng dengan kegiatan workshop yang bermanfaat bagi muwakif.

Tujuan dari kelas menulis ‘Diary Ramadhan‘ yaitu melatih kebiasaan menulis dan meningkatkan produktivitas selama Ramadhan. Banyak yang tidak menyadari bahwa menulis itu sebenarnya adalah pekerjaan harian. Semua orang bisa melakukannya. Kegiatan harian yang dianggap sepele, jika dibuat sebuah tulisan, maka itu akan menjadi sebuah sejarah kehidupan penulisnya.

Latar belakang Bang Aswi yang sudah menerbitkan puluhan buku dengan berbagai genre tersebut, sebenarnya sederhana, yaitu dimulai dari masa kecilnya yang berada di lingkungan yang membentuk sosok itu mempunyai kebiasaan membaca. Lebih tepatnya membaca tulisan dan membaca keadaan. Sehingga aktivitas harian masa kecilnya membekas, terekam dengan jelas, dan di kemudian hari bisa dituangkan dalam bentuk tulisan.

Manfaatnya tentu bisa menginspirasi setiap pembaca, meski hanya cerita sederhana. Bang Aswi mengatakan bahwa membaca dan menulis itu adalah dua kata kerja yang saling berkaitan. Ketika kita akan menulis, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah membaca. Al-Quran sendiri, lima ayat pertama yang diturunkan adalah Surah Al-Alaq dengan konten utamanya adalah membaca.

Lalu di surat ke 68, terdapat Surah Al-Qalam dimana Allah Swt. bersumpah dengan pena ada yang telah dituliskan. Menulis adalah obat. Bahkan Bang Aswi mengungkapkan bahwa dengan jalan menulis, bisa menetralkan sisi introvertnya. Dari kebiasaannya menulis, pola komunikasinya di depan umum menjadi lebih baik dan mudah bersosialisasi.

Ketika ingin menyuarakan sesuatu maka menulis adalah jalannya. Menulis akan menjadi sejarah kehidupan yang suatu hari bisa diwariskan untuk anak cucu. Mereka akan membaca sejarah orang tuanya untuk kemudian dikenang dan bisa jadi anak cucu kita akan mengikuti langkah orang tuanya. Bukankah itu suatu kebaikan yang tidak terputus? Jejak kebaikan yang kita wariskan akan disambung dan dilanjutkan oleh generasi kita selanjutnya.

Apapun profesinya, menulis adalah pondasi yang sangat diperlukan untuk menunjang pekerjaannya. Siapapun butuh kemampuan menulis. Generasi muda saat ini sedang hype membuat konten-konten kreatif. Tentu mereka membutuhkan skill menulis untuk memperkuat caption atau pesan yang ingin disampaikannya. Bakat itu hanya sekira 1% saja dan 99% adalah kerja keras dan pembelajaran.

Dalam workshopnya, Bang Aswi memperlihatkan sebuah potongan film yang menginspirasi. Di sana ada tokoh William Forrester yang berperan sebagai guru menulis dan Jamal Wallace, muridnya. Forrester meminta Jamal untuk segera menulis bersama-sama dengannya. Namun Jamal malah berpikir apa yang akan dituliskannya. Forrester pun menegaskan agar segeralah menulis, jangan dulu berpikir.

Sementara Jamal masih berpikir, Forrester malah telah selesai menulis sebanyak satu halaman kertas folio. Potongan film tersebut menyampaikan pesan bahwa sebenarnya menulis itu mudah. Asalkan kita mampu mengembangkan panca indera untuk lebih peka. Tuliskan saja apa yang kita pikirkan, apa yang kita lihat, dan apa yang kita dengar. Menulislah dengan hati, lalu editlah dengan ilmu.

Bang Aswi memberikan tips bagaimana sebuah ide bisa didapatkan melalui teknik pemetaan ide. Yaitu dimulai dari satu kata lalu peta-kan kata tersebut menjadi kata lain yang berkaitan. Hingga akhirnya tersusun turunan-turunan dari kata-kata berikutnya. Kumpulan kata-kata tersebut bisa dijadikan ide untuk memulai tulisan. Menulislah seperti angin, yaitu melayang-layang, tidak terlihat, alami, dan setiap hari.

Menulis adalah proses berimajinasi tanpa batas, dan bisa dieksplorasi dengan melihat dunia dari berbagai sudut pandang. Menulis adalah dunia sepi dan tidak akan dikenal, tetapi karyanyalah yang bakal dikenal. Latihlah kemampuan menulis berdasarkan pengalaman sendiri, apa adanya, natural, alami. Dan latih pula keterampilan menulis kita setiap hari.

“Semua penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang akan abadi. Maka tulislan sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat.” (Ali bin Abi Thalib)

0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x