Pagi yang bahagia. Selasa pagi yang begitu bersemangat (6/9/2022) di Bandung, tepatnya di Jl. Babakan Sari I No. 71 Kiaracondong. Kicauan burung tampak nyaring terdengar dengan indahnya. Semua itu mengerucut pada keindahan silaturahim yang akan ditunjukkan oleh segelintir manusia yang asal muasalnya berbeda. Dari negara, suku, dan tentu saja usia yang berbeda.
Syeikh Dr. Ahmad Isa Al-Ma’sharawi adalah ulama langka yang memiliki ijazah tertinggi di bidang qiroat dan pengajian islam, ijazah dalam takhasus qiroat serta takhasus dalam bidang hadis dan ulum hadis dengan pangkat Mumtaz. Beliau juga dikenal sebagai doktor falsafah antarbangsa dalam bidang hadis dan ulum hadis dengan pangkat Asy-Syaraf.
Puncaknya, beliau mendapatkan ijazah dengan sanad yang langsung bersambung ke Rasulullah saw. dengan bacaan Qiraat Sepuluh Sugro dan Kubro. Masya Allah. Alhamdulillah, jauh-jauh dari Mesir, beliau menyengajakan diri mampir ke Indonesia, dan bahkan ke Bandung untuk bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Syaamil Quran lahir dan dicetak.
Syeikh Ahmad Isa yang lahir pada 1 Maret 1953 di Dundit, Provinsi Ad-Dakahaliyah, telah khatam Al-Quran sejak usia 10 tahun dan menjadi murid pertama yang mengkhatamkan al-quran di Kuttab Syaikh Abdul Hamid Hajjaj. Beliau kemudian melanjutkan berguru ke Syaikh Muhammad Ismail Abduh untuk belajar tajwid dan Qiraat Hafs dan Warsy.
Pada 1967, beliau sudah mengajar Al-Quran di Kuttab Syeikh Abdul Hamid Hajjaj, saat usianya baru 14 tahun. Beliau pun diminta untuk belajar lagi ke Ma’had Qiroat Kairo (satu-satunya ma’had qiroat di Mesir) oleh Mufatisy Azhar (asesor) tetapi ma’had sudah dimulai. Selama proses menunggu satu tahun, beliau menyetor hafalan ke Imam Masjid ‘Ainul Hayah di Hadaiq Alqubbah.
Syeikh Dr. Ahmad Isa Al-Ma’sharawi
Wisata Quran di Syaamil Group
Beberapa aktivitas yang beliau lakukan selama di Bandung adalah Grand Seminar, Dauroh Internasional Kitab Attibyan Bersanad, dan Wisuda Akbar Indonesian Al-Quran Center (IAC). Kehadiran beliau di Indonesia memang atas inisiasi IAC, sehingga saat berkunjung ke Syaamil Group, Syeikh Khanova Maulana, Lc., M.Ag dan Syeikh Khalil Sabri, Lc. juga turut membersamai.
Riza Zacharias (Chairman Syaamil Group), Halfino Berry (Co-Chairman Syaamil Group), dan Benny T. Djajadi (Corporate Secretary Syaamil Group) pun bergegas menyambut rombongan beliau lalu mengajaknya untuk duduk bersama di Ruang Miracle. Buah naga dan pepaya segera disuguhkan bersama kelapa muda utuh sebagai penghormatan kepada beliau.
Syeikh Ahmad Isa kemudian dijelaskan sejarah singkat Syaamil Group melalui video company profile, termasuk proses pembuatan Syaamil Quran dari hulu sampai ke hilir. Setelah itu terjadilah dialog hangat yang dijembatani oleh Ustadz Ardiansyah Ashri Husein, Lc., M.A. dan Ustadz Fajrin Nurul Haq, Lc., M.Hum. Tampak jelas kebahagiaan yang terlihat pada semua yang hadir.
Salah satu nasihat yang terpatri kuat di hati dari beliau adalah penjelasan bahwa berdakwah itu tidak harus menjadi dai atau ulama. Tidak semua orang bisa menjadi dai atau ulama. Akan tetapi memudahkan jalan orang lain yang ingin belajar agama juga penting. Sebaik-baik manusia adalah yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.
Tidak perlu menjadi dai atau ulama untuk mengajarkan Al-Quran. Salah satu caranya adalah dengan menjadi wasilah seseorang yang ingin belajar Al-Quran, termasuk memfasilitasi dan mencetak mushafnya. Insya Allah semua yang ada di Syaamil Group mendapatkan keutamaannya juga karena telah memfasilitasi pencetakan dan penyebaran Al-Quran.
Namun ada PR besar bagi perusahaan percetakan Al-Quran yang ada di Indonesia, yaitu mayoritas masih dimiliki oleh Non Muslim. Syaamil Group melalui anak perusahaannya, yaitu Sygma Examedia Grafika, masih menjadi satu-satunya perusahaan percetakan Al-Quran yang dimiliki oleh Muslim. Ada kewajiban bersama bahwa penerbit dan percetakan Al-Qur’an itu harus dimiliki oleh Muslim.
Syeikh Ahmad Isa kemudian menuturkan bahwa Rasulullah saw. melarang ummatnya untuk membawa mushaf Al-Quran ke negeri kafir. Dalam Muttafaq’alaih (HR Bukhari dan Muslim) dijelaskan bahwa Abdullah bin Umar ra. berkata, “Rasulullah saw. melarang bepergian ke wilayah musuh dengan membawa mushaf Quran.” Membawanya saja dilarang, apalagi mencetaknya.
Setelah beramah tamah di Ruang Miracle, beliau diberikan cinderamata oleh Riza Zacharias berupa Mushaf Ghawtsani yang memiliki khat standar Madinah. Begitupula dari pihak IAC yang juga memberikan cinderamata untuk Syaamil Group. Setelahnya Syeikh Ahmad Isa diajak Wisata Quran untuk melihat proses pembuatan Syaamil Quran dari hulu sampai hilir.
Alhamdulillah. Syeikh Ahmad Isa sangat berkesan telah berkunjung ke Syaamil dan beliau insya Allah mendukung segala bentuk terobosan yang dilakukan Syaamil Group. Begitu pula tanggapan yang disampaikan oleh rombongan IAC. Semoga kunjungan silaturahim ini memberikan energi positif dan keberkahan bagi semua insan Syaamil.[]
MasyaAllah… Mantaaap