
Kajian Islam Intensif (KII) masih dilaksanakan secara daring. Hal ini dikarenakan wabah pandemi yang belum selesai, status pun berubah dari PPKM Darurat menjadi PPKM Level 4. Semoga kita semua selalu diberikan keberkahan dan kesehatan yang paripurna. KII pada hari Jumat, 06 Agustus 2021, menghadirkan Ust. Ardiansyah Ashri Hussein, Lc., MA, dengan tema 10 Hal yang Harus Dihindari Seorang Muslim.
Umar bin Khattab berkata, “Aku perlu mempelajari sesuatu yang dilarang atau diharamkan, agar aku tidak terjerumus ke dalam larangan-larangan tersebut.” Begitu dalamnya ucapan salah satu sahabat yang dimuliakan ini. Begitu takut dan khawatirnya beliau agar perjalanan hidupnya tidak terjerumus kepada hal-hal yang dilarang Allah Swt. sehingga menurutnya sangat perlu untuk mempelajari hal-hal yang dilarang.
1 – Jauh dan Keringnya Hubungan dengan Allah
Ada banyak ayat dan hadits yang menjelaskan ketika hubungan antara seorang hamba dengan Allah Swt. baik maka ia akan senantiasa diberikan pertolongan saat dirinya mendapatkan musibah atau cobaan. Orang-orang beriman yang tersambung hatinya kepada Allah (baik dalam kondisi bahagia atau bersedih) dan senantiasa selalu ingat kepada Allah, maka Allah akan janjikan kepada mereka berupa ampunan dan pahala yang berlipat ganda.
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’d, 13: 28) ~ “Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, mukmin, yang tetap dalam ketaatannya, yang benar, yang sabar, yang khusyuk, yang bersedekah, yang berpuasa, yang memelihara kehormatannya, yang banyak menyebut nama Allah; Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab, 33: 35)
2 – Meninggalkan Ketaatan
Ada 3 (tiga) ketaatan yang yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu 1). Meninggalkan atau melalaikan shalat; 2). Meninggalkan shalat malam; dan 3). Meninggalkan atau minim tilawah Al-Quran. Shalat itu adalah barometer dan standar kehidupan seorang Muslim. Amal ibadah yang pertama kali dihitung atau dihisab pada hari Kiamat kelak adalah shalat. Allah akan meringankan hisab amal-amal yang lain jika shalatnya baik.
Artinya … kalau shalatnya baik maka amaliyah lainnya akan menjadi baik. Shalat malam itu adalah bekal terbaik orang-orang yang beriman karena hidup dan paginya akan berkualitas dan bermakna. Al-Quran akan memberikan aura positif dan kekuatan bagi seorang Muslim karena mereka yang jarang membaca atau mendalami Al-Quran adalah seperti rumah tua yang hampir roboh.
3 – Ujub dengan Diri Sendiri
“Tiga perkara yang membinasakan adalah rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR At-Thabrani) ~ Sedekah tidak pernah mengurangi harta dan sedekah terbaik adalah yang diberikan saat sehat dan di masa-masa sulit. Hawa nafsu itu seperti anak kecil yang tidak pernah puas meski sudah diberikan banyak mainan. Hati-hati saat menyampaikan nasihat atau motivasi yang ada kesan ujub dalam dirinya.
4 – Izzah yang Palsu
“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Qashash, 28: 83) ~ Islam itu tinggi, tidak ada agama yang lebih tinggi dari Islam. Izzah itu tinggi dan merasa izzah karena agama itu bagus, apalagi izzah karena Allah. Namun jangan sampai terjebak pada izzah yang palsu.
5 – Terlalu Sibuk dengan Urusan Dunia
“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan…. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu.” (QS Al-Hadid, 57: 20) ~ Kalaulah seandainya anak Adam diberikan lembah emas maka ia akan meminta lembah emas yang kedua, dan begitu seterusnya.
Memamerkan perhiasan, saling berbangga, menumpuk kekayaan, atau membanggakan anak keturunan adalah seperti hujan yang menyuburkan tanaman tetapi kemudian tanaman itu menjadi kering dan hancur. Beruntunglah mereka yang bisa mengenal hakikat dunia. Seorang Muslim boleh mengambil manfaat dari dunia, tetapi secukupnya atau seperlunya saja.[]