setiap orang adalah guru
setiap tempat adalah kelas
setiap kejadian adalah ilmu
Ust. H. Abdurrahman Yuri atau A Deda telah menyampaikan Kajian Islam Intensif (KII) dengan tema Tetap Produktif di Masa Pandemi (Bagian 1). Produktif ini tentu saja berkaitan dengan pekerjaan. Telah dijelaskan pada bagian itu pentingnya bekerja karena beberapa alasan. Pertama karena bekerja dapat menggugurkan dosa. Kedua karena bekerja adalah bagian dari rasa syukur. Ketiga karena bekerja adalah sedekah, dan sedekah terbaik tentu saja adalah kepada keluarganya.
Garis merah dari itu semua adalah sifat sabar dan syukur. Dalam kondisi bagaimana pun, umat Muslim diharapkan untuk mau bersabar dan bersyukur. Dengan adanya kedua sifat ini, insya Allah dalam bekerja pun akan selalu melibatkan hati. Bekerja itu harus diimbangi dengan produktivitas. Orang yang sudah bekerja di sebuah perusahaan belum tentu produktif tetapi orang yang produktif sudah pasti memiliki pekerjaan. Oleh karena itu berdoalah agar kita selalu menjadi umat Muslim yang produktif.
Produktif dalam bekerja menurut A Deda terbagi menjadi lima. 1) Produktif dalam amal saleh dengan tujuan akhir adalah khusnul khatimah. Kata kuncinya adalah niat benar ikhlas dan caranya benar sesuai sunnah. 2) Produktif dalam amanah dengan sifat mampu, jujur, dan dipercaya. 3) Produktif dalam silaturahmi dengan akhlak mulia. 4) Produktif untuk mencari ilmu, wawasan, serta pengalaman sebagai sarana belajar dan berlatih. 5) Produktif agar menjadi jalan manfaat bagi orang lain.
Untuk bisa produktif, ada tiga komponen yang harus diperhatikan agar hidup kita itu bukanlah kiblat dari alam semesta ini. Jangan egois dan sombong. A Deda menjelaskan dengan Konsep 3M, yaitu Mengakui, Menampakkan, dan Mendekatkan. 1) Mengakui bahwa kehebatan kita itu karena ada peran orang lain. 2) Menampakkan dengan menunjukkan keseriusan saat bekerja. 3) Mendekatkan diri kepada Allah dan dekat juga kepada rekan kerja agar tidak terjadi permusuhan.
Langkah berikutnya agar bisa produktif, tentu diri kita harus di-upgrade keikhlasannya. Setelah sabar dan syukur, maka sebagai seorang Muslim tentu harus memiliki sifat ikhlas. Mengapa? Ini karena orang ikhlas itu: 1) Hidupnya jarang sekali merasa kecewa; 2) Tidak bergantung/berharap pada makhluk; 3) Tidak pernah membedakan amal besar dan amal kecil; 4) Banyak amal kebaikan yang dirahasiakan; dan 5) Tidak membedakan manusia dari bendera, golongan, ras, atau organisasinya.
Lalu bagaimana caranya agar bisa ikhlas?
- Yakin semua urusan ada dalam kekuasaan Allah
- Beramal jangan selalu ingin dilihat
- Beramal jangan ingin dihargai
- Beramal jangan ingin dibalas budi
- Jangan lupa muhasabah diri (muhasabah niat dan amal)
Sebagai penutup, tentu target akhirnya adalah menjadi Muslim yang Bahagia, Muslim yang Sukses, Muslim yang Mulia, dan Muslim yang Baik. Eh tunggu dulu, sepertinya ada yang salah dengan urutan tersebut. A Deda menekankan bahwa langkah pertamanya adalah menjadi Muslim yang Baik (do your best), setelah itu menjadi Muslim yang Sukses (you get what you love). Dilanjutkan menjadi Muslim yang Bahagia (you love what you get) dan akhirnya menjadi Muslim yang Mulia (you share what you get and what you love).
Rasulullah saw. pernah memberikan wasiat kepada sahabat Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, jujurlah engkau. Walaupun kejujuran itu membahayakan dirimu di dunia, sesungguhnya jujur itu bermanfaat untukmu di akhirat. Dan janganlah engkau berdusta. Walaupun dusta itu (membuatmu) bermanfaat di dunia tapi sesungguhnya dusta itu akan membahayakan dirimu di akhirat.”[]